Permintaan listrik dari
masyarakat selalu bertambah setiap tahunnya dan mencapai angka 10% dari
kebutuhan listrik tahun sebelumnya. Jangankan dengan permintaan yang bertambah,
untuk memasok listrik yang bisa memuaskan masyarakat saja PLN belum sanggup.
Dengan adanya program 10.000 MW tahap pertama dan tahap kedua juga masih
sekedar indah di program kerja PLN, namun belum cukup untuk memuaskan
masyarakat Indonesia. Di negeri yang penuh dengan sumber daya alam ini PLN
seolah2 kehabisan energy untuk memasok gas atau batubara secara stabil ke
setiap pembangkitnya. Memang ini bukan sepihak salah PLN, namun orang awam akan
selalu mengatakan bahwa hal itu sepenuhnya kekurangan dari PLN.
Disini saya akan membahas
mengenai inovasi kecil yang dapat dilakukan dalam suatu pembangkit gas dan uap.
Karena saya melihat adanya energy yang setiap hari dibuang percuma tanpa
dimanfaatkan, padahal kalau dimanfaatkan secara baik dapat bermanfaat untuk
desa sekitar pembangkit itu berada. Sebenarnya idenya hanya sederhana saja,
yaitu memanfaatkan air sirkulasi yang dimiliki dari setiap pembangkit untuk
menggerakkan turbin air, sehingga turbin air tersebut dapat menghasilkan
listrik dalam skala yang lebih kecil. Berikut ini adalah skema dari pembangkit
gas uap setelah dimodifikasi.
Pemanfaatan air untuk
membangkitkan listrik dari sirkulasi air pembangkit utama dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan membuat reservoir atau langsung digunakan untuk
menggerakkan turbin. Hal ini akan berpengaruh dengan jenis turbin yang akan
dipakai, misalnya jika ingin mendapatkan listrik yang lebih besar, maka kita
harus membangun reservoir dan panstock
untuk meningkatkan head dan
mengalirkan air. Sedangkan bila kita ingin langsung memanfaatkan air tersebut
secara langsung tanpa membangun reservoir, maka yang perlu diperhatikan adalah
ketinggian antara outfall water channel
dengan ketinggian sumber air. Cara yang terakhir ini lebih mudah dan lebih
murah untuk diaplikasikan dengan kondisi pembangkit thermal yang ada di Indonesia
walaupun daya listrik yang dihasilkan akan menjadi lebih kecil dibandingkan
bila dibangun sebuah reservoir.
Sebagai contoh, akan saya
jabarkan energi listrik yang dapat dibangkitkan oleh air sirkulasi sebuah PLTGU
yang ada di wilayah Indonesia. Dari hasil survey dan pengukuran langsung di
lapangan, didapatkan v = 1,43 m/s dan A = 12,1 m2.Bila
asumsi head (h) yang digunakan
sebesar 1 m, percepatan gravitasi (g) sebesar 9.8 m/s2, dan
efisiensi (µ) pembangkit hidroelektrik umumnya adalah sebesar 85%, maka daya
yang dapat dibangkitkan adalah 144,12 kW.
Sebuah pembangkit
thermal rata-rata ditempatkan di daerah pinggir kota yang dekat dengan sumber
air yang penduduknya umumnya merupakan ekonomi menengah kebawah dan rata-rata menggunakan
daya listrik sebesar 900 Watt saja untuk setiap keluarga. Maka dengan adanya
pembangkit hidroelektrik tersebut kita dapat membangkitkan listrik untuk 160
keluarga di sekitar pembangkit thermal tersebut berada. Itu sama saja dengan
kita membangkitkan listrik untuk sekitar dua desa.
Dari sebuah studi mengenai biaya
yang dibutuhkan untuk membangun sebuah pembangkit listrik, pembangkit listrik
tenaga air memiliki rentang harga yang tinggi yaitu 1150-3450 $/KWh. Maka total
biaya yang harus dikeluarkan untuk membangun hidroelektrik dengan kapasitas
144,12 KW adalah 165738 $ atau kurang lebih 1,6 miliar rupiah (kurs USD saat
ini kurang lebih Rp.9.500/$). Berarti biaya investasi dari hidroelektrik
tersebut adalah 10,9 juta rupiah untuk 1 kW. Biaya investasi pembangunan salah
satu pembangkit thermal dengan kapasitas sebesar 234 MW adalah 6 triliun
rupiah. Sehingga bila kita hitung biaya investasi pembangkit thermal tersebut
adalah sebesar 25,6 juta rupiah untuk 1 kW. Ingat bahwa biaya investasi
hidroelektrik tersebut memperhitungkan biaya
pembebasan lahan, kemudian pengangkutan peralatan elektrik ke daerah
tujuan yang relatif susah dijangkau, dan lain sebagainya. Jika kita
memanfaatkan pembangkit thermal yang sudah ada, maka biaya investasi hidroelektrik
akan jauh lebih kecil lagi.
Di Indonesia, harga energi
listrik bervariasi mulai dari energi
listrik untuk industri besar, industri kecil, kalangan menengah keatas,
kalangan menengah kebawah, dan lain sebagainya. Untuk kalangan menengah kebawah
harga energi listrik yang dijual adalah sebesar Rp. 700,00 / kWh. Dengan
menggunakan data yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, maka pendapatan
yang akan didapatkan dalam sehari adalah Rp. 2.421.216,00. Dapat kita bayangkan
bila dalam sehari kita mendapat pemasukan sebesar 2,4 juta rupiah hanya dari
sebuah unit PLTGU. Meskipun listrik yang dibangkitkan hanya kecil, namun
jika kita perhitungkan antara biaya pembangunan dan hasil yang didapatkan, maka
pembangunan pembangkit hidroelektrik pada pembangkit thermal akan sangat
menguntungkan. Minimal kita dapat membangkitkan listrik yang cukup dengan biaya
yang murah. Bila kita terapkan cara yang sama untuk menentukan
lamanya waktu pengembalian investasi dalam sebuah contoh pembangkit
hidroelektrik yang telah saya jelaskan sebelumnya, maka waktu pengembalian investasinya
adalah sekitar 22 bulan saja.
Perhitungan
di atas ini sebenarnya hanya perkiraan kotor saja dari sebuah investasi
pembangkit hidroelektrik. Karena dalam suatu sistem hidroelektrik akan selalu
ada biaya perawatan, operasi, dan lain sebagainya. Namun karena pembangkit
hidroelektrik tersebut kapasitasnya kecil, maka biaya perawatan dan
operasionalnya pun akan kecil juga, sehingga dampak ekonomisnya tidak
berpengaruh signifikan dengan apa yang sudah kita bahas dalam perhitungan-perhitungan
di atas. Umur pembangkit hidroelektrik dengan skala kecil rata-rata hanya
mencapai 10 tahun saja sebelum dilakukan perawatan besar. Dalam masa 10 tahun
tersebut dilakukan perawatan-perawatan secara kecil yang hanya membutuhkan
biaya yang sangat sedikit. Dan setelah 10 tahun, maka akan lebih murah jika
kita mengganti pembangkit hidroelektrik tersebut secara total daripada
melakukan perawatan yang besar.
Di Indonesia memiliki banyak
pembangkit thermal, bayangkan jika kita bisa memanfaatkan setiap pembangkit
thermal untuk hal-hal yang bermanfaat bagi setiap penduduk di sekitar pembangkit
tersebut, mungkin citra PLN yang buruk akan sedikit berkurang dan lama kelamaan
masyarakat pun akan memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh PLN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar